REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kolaborasi antara institusi termasuk lembaga filantropi dan kampus Islam seperti Baznas dan Universitas Al-Azhar dengan para pelaku UMKM dapat semakin mendorong penciptaan lapangan pekerjaan dan kebangkitan ekonomi nasional.
Pemerintah, menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Salahuddin Uno, terus mendorong agar produk UMKM dapat di pasarkan saat pelaksanaan G20.
Pihaknya juga sedang kembangkan pariwisata halal dengan wisata religi dan sejarah. Selain itu program Bangga Buatan Produk Indonesia yang dilaunching 2020 terus dia kembangkan di saat pandemi Covid-19.
“Di bulan suci Ramadhan ini, pertama kita mendorong agar para pengusaha bisa berani mengambil resiko seperti pak Toto, yang terkena PHK berani memulai usaha sendiri,” kata dia saat memandu kegiatan Kajian Ekonomi Bisnis Series 3, Zakat Sebagai Instrumen Pertumbuhan Ekonomi secara daring pada Ahad (3/4/2022) siang.
Kedua, kata Sandiaga Uno, adalah rajin berinovasi. Ia memberikan contoh seperti ibu Mety dari Roti Unyil kini usahanya kian berkembang ke kopi.
Konsep amati, tiru, modifikasi (ATM) dipadukan dengan kolaborasi, tidak hanya kompetisi dan juga nilai-nilai silahturahmi, gotong-royong dipercaya Sandiaga Uno dapat semakin mengembangkan usaha.
“Ketiga adalah amanah kejujuran bagaimana kita pegang agar usaha barokah dan memberikan manfaat bagi sesama dengan konsep Islam rahmatan lil ‘lamin. Keberadaan UMKM yang semakin maju dan berkembang ini kami harapkan dapat berkontribusi dalam kebangkitan ekonomi nasional dan mendorong penciptaan lapangan kerja.
Ketua Baznas Indonesia, KH Noor Achmad, menyebutkan pihaknya mengapresiasi kepedulian dari Menparekraf RI Sandiaga Salahuddin Uno dalam mengingatkan masyarakat akan pentingnya zakat untuk mendorong pergerakan ekonomi bangsa.
“Zakat merupakan salah satu potensi penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Apalagi masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, dermawan, dan memiliki kepedulian sosial terhadap orang di sekitar yang membutuhkan bantuan,” ujar Noor Achmad.
Ia mengungkapkan potensi zakat di Indonesia dari data yang disampaikan Puskes Baznas sebesar Rp 327 triliun. Jumlah itu termasuk dari zakat penghasilan, jasa, pertanian, perkebunan, peternakan dan sektor lainnya.
“Kami baru meraih Rp 17 triliun untuk seluruh Indonesia, jadi masih jauh dari potensi yang kami harapkan. Namun pada tahun ini kami menargetkan pengumpulan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dan dana sosial keagamaan lain (DSKL) secara nasional dapat mencapai Rp 26 triliun,” ungkap Noor Achmad.
Ia menyebutkan nantinya apabila telah tercapai Rp 26 Triliun tersebut akan akan ada 56 juta orang penerima manfaat. Namun untuk mencapai target tersebut Baznas dikatakan Noor Achmad membutuhkan pendorong.
“Perlu trigger pemicu seperti yang dilakukan pak Menteri, ini luar biasa, akan berpengaruh pada seluruh masyarakat dan tidak hanya di ASN kementerian mas menteri saja. Sehingga bisa menjadi kekuatan dasar, jembatan pergerakan ekonomi nasional,” tambah mantan Ketua Komisi X DPR RI tersebut.
Noor Achmad menjelaskan angka kemiskinan 11 persen dengan ada nya pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. Pihak Baznas memberikan bantuan berupa bantuan habis pakai kepada mereka fakir miskin namun ada juga yang berupa bantuan program.
“Ada juga bantuan dengan skema ekonomi, pendidikan, kesehatan. Misalkan bantuan berupa gerobak untuk menggerakkan ekonomi yang dinamis, kelompok peternakan, petani. Dimana tak hanya memberikan bantuan modal namun dalam pendampingan micro finance dan pengembangan di market place kita berikan,” tambah Noor Achmad.
Noor Achmad memastikan pemberian bantuan Baznas secara tepat sasaran dan amanah kepada masyarakat dengan tiga segmen di ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
“Yang menerima bantuan akan di survei dan kita prioritaskan bantuan dari Baznas untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan,” tutupnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, melihat ekosistem pemberdayaan oleh Baznas dan pemerintah ini sangat baik untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia.
“Konsep zakat sama dengan basis ekonomi endogen yang mengakar akan menjadi instrumen penggerak untuk percepatan pertumbuhan ekonomi,” ujar Asep Saefuddin.
Universitas Al Azhar dikatakannya sebagai kampus untuk menghasilkan lulusan mahasiswa dengan keunggulan sebagai enterpreneur bukan sebagai pencari kerja.
“Saya meminta minimum 50 persen SDM lulusan kami menjadi enterpreneur untuk menggerakkan ekonomi. Untuk menyiapkan ekosistem itu kami menyiapkan market place Al Azhar Indonesia. Sejak awal perkuliahan kami juga memberikan dasar jiwa kepemimpinan Islami dalam usaha yakni bisa menjalankan usaha demi kemaslahatan umat dan masyarakat,” jelas Asep Saefuddin.
Ia mengungkapkan potensi zakat di Indonesia dari data yang disampaikan Puskes Baznas sebesar Rp 327 triliun. Jumlah itu termasuk dari zakat penghasilan, jasa, pertanian, perkebunan, peternakan dan sektor lainnya.
“Kami baru meraih Rp 17 triliun untuk seluruh Indonesia, jadi masih jauh dari potensi yang kami harapkan. Namun pada tahun ini kami menargetkan pengumpulan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dan dana sosial keagamaan lain (DSKL) secara nasional dapat mencapai Rp 26 triliun,” ungkap Noor Achmad.
Ia menyebutkan nantinya apabila telah tercapai Rp 26 Triliun tersebut akan akan ada 56 juta orang penerima manfaat. Namun untuk mencapai target tersebut Baznas dikatakan Noor Achmad membutuhkan pendorong.
“Perlu trigger pemicu seperti yang dilakukan pak Menteri, ini luar biasa, akan berpengaruh pada seluruh masyarakat dan tidak hanya di ASN kementerian mas menteri saja. Sehingga bisa menjadi kekuatan dasar, jembatan pergerakan ekonomi nasional,” tambah mantan Ketua Komisi X DPR RI tersebut.
Noor Achmad menjelaskan angka kemiskinan 11 persen dengan ada nya pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. Pihak Baznas memberikan bantuan berupa bantuan habis pakai kepada mereka fakir miskin namun ada juga yang berupa bantuan program.
“Ada juga bantuan dengan skema ekonomi, pendidikan, kesehatan. Misalkan bantuan berupa gerobak untuk menggerakkan ekonomi yang dinamis, kelompok peternakan, petani. Dimana tak hanya memberikan bantuan modal namun dalam pendampingan micro finance dan pengembangan di market place kita berikan,” tambah Noor Achmad.
Noor Achmad memastikan pemberian bantuan Baznas secara tepat sasaran dan amanah kepada masyarakat dengan tiga segmen di ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
“Yang menerima bantuan akan di survei dan kita prioritaskan bantuan dari Baznas untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan,” tutupnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, melihat ekosistem pemberdayaan oleh Baznas dan pemerintah ini sangat baik untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia.
“Konsep zakat sama dengan basis ekonomi endogen yang mengakar akan menjadi instrumen penggerak untuk percepatan pertumbuhan ekonomi,” ujar Asep Saefuddin.
Universitas Al Azhar dikatakannya sebagai kampus untuk menghasilkan lulusan mahasiswa dengan keunggulan sebagai enterpreneur bukan sebagai pencari kerja.
“Saya meminta minimum 50 persen SDM lulusan kami menjadi enterpreneur untuk menggerakkan ekonomi. Untuk menyiapkan ekosistem itu kami menyiapkan market place Al Azhar Indonesia. Sejak awal perkuliahan kami juga memberikan dasar jiwa kepemimpinan Islami dalam usaha yakni bisa menjalankan usaha demi kemaslahatan umat dan masyarakat,” jelas Asep Saefuddin.
Sumber