Monitorindonesia.com- Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, indeks kebahagiaan warga DKI Jakarta merosot sejak Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin mengatakan, penurunan kebahagiaan warga DKI dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
“Mungkin karena pandemi Covid-19, itu jadi merosot indeks kebahagiaannya,” kata Ujang kepada wartawan, Jum’at (31/12/2021).
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini melanjutkan, seharusnya BPS juga melakukan survey terhadap gubernur pendahulu Anies Baswedan untuk mengetahui indeks kepercayaan maupun kebahagiaan warga DKI.
“BPS juga seharusnya mensurvei Gubernur DKI sebelumnya, bukan hanya Anies Baswedan saja termasuk Ahok, agar masyarakat bisa menilai juga mana yang mereka rasa bahagia dan mana yang lebih baik selama pimpin Jakarta,” tandasnya.
Ujang pun menilai Anies Baswedan dan Ahok memimpin DKI Jakarta mempunyai banyak perbedaan mulai dari pembangunannya hingga sistem pemerintahannya. Maka dari situlah warga DKI Jakarta bisa merasakan bahagia dan tidaknya mereka.
“Masing-masing punya plus dan minus. Banyak bedanya. Salah satu perbedaannya, Anies jika bicara menunjukan intelektual, kalau Ahok meledak-meledak seperti tak bisa jaga mulut,” pungkasnya.
Sebelumnya, dalam rilis BPS menjelaskan bahwa indeks kebahagiaan warga DKI Jakarta di tahun 2017 atau ketika Anies mulai menjabat, saat itu berada di angka 71,33 persen.
Kemudian BPS menyandingkan data indeks kebahagiaan warga Ibu Kota pada tahun 2021 yang turun menjadi 70,68 persen.
“Untuk kawasan Jawa-Bali-Nusa Tenggara yang turut mengalami penurunan indeks kebahagiaan, yaitu DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta, Bali dan Nusa Tenggara Barat,” tulis rilis BPS.
Adapun rilis indeks kebahagiaan BPS merupakan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang dilakukan di tahun 2021 dan dilakukan serentak di seluruh Indonesia pada 1 Juli-27Agustus 2021.
“Unit analisis adalah rumah tangga yang diplih secara acak,” tulis BPS.
Metode yang digunakan merupakan two stage one phase sampling dengan total sampel rumah tangga yang diperlukan untuk keperluan estimasi tingkat kebahagiaan hingga level provinsi Indonesia sebanyak 75.000 rumah tangga yang tersebar di 34 provinsi.
“Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara oleh petugas wawancara menggunakan kuisioner terstruktur dan alat bantu,” tulis BPS. (Wawan)
Sumber