Pengalaman bertemu dengan ramadhan ditiaptahunnya tentu memiliki perbedaan masing-masing yang sekaligus menjadi ciri keistimewaannya. Karena sejatinya, sekalipun ramadhan datang dalam waktu yang selalu sama, bilangan hari yang digunakan untuk bersamanya juga genap 30 hari yang sama, namun kesan dan pesan yang disampaikannya selalu berbeda dirasakan oleh tiap orang yang membersamainya.
Kegiatan ramadhan sarat dipenuhi dengan aktifitas yang memiliki nilai-nilai kebaikan dari sudut pandang agama yang diejawantahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Diantara aktifitas tersebut yang paling popular adalah shalat tarawih yang selalu lengkap bersama kultum (kuliah tujum menit) di sela-sela shalat tarawih dan witir, ataupun sesaat menjelang berbuka puasa. Tradisi keagamaan yang memuat nilai pendidikan dan keselarasan dengan tujuan dakwah Islam yaitu upaya mendekatkan diri kepada Maha pencipta yaitu Allah SWT dan hubungan baik/silaturahmi kepada sesame.
Dan kini semua aktifitas itu terpaksa ditunda dalam tenggat waktu yang belum dapat ditentukan kembali, alih-alih adalah sebagai upaya memutus rantai penyebaran dan penularan covid-19, allahu a’lam. Lalu viral lah kini istilah-istilah menjamur seperti WFH (work from home) dan LFH (learning from home) bagi dunia kerja dan pendidikan seantero nusantara ini. Terkendala dengan kuota yang mahal, signal yang naik turun dan perangkat keras yang tidak menunjang; adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan hidup di tengah covid-19 ini. Ini tidak saja marak terjadi di kalangan masyarakat kota, terlebih bagi masyarakat pedesaa dan pelosok yang sempat pulang kampong terlebih dulu di awal-awal kondisi covid-19 sebelum kota besar tempat mereka dilakukan PSBB (Pembatasan secara besar-besaran), khususnya DKI Jakarta sebagai ibu kota yang menjadi ladang masyarakat mencari rezeki selama bertahun-tahun ini.
Kepanikan, ketakutan sampai pada pasrah diri sepenuhnya atas segala yang terjadi; menjadi pilihan tiap orang sesuai kadar kemampuan nalarnya menerjemahkan kondisi ini. Dan diantara keluh kesah dan kekhawatiran yang belum kunjung berhenti ini, ada juga kalangan yang menjadiakn kondisi ini sebagai titik balik perubahan positif bagi lingkungan sekitarnya untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk melakukan kegiatan manfaat. Sebut saja komunitas pengajian dan kajian online via webinar dan sejenisnya semakin marak dan dipadati pengunjung maya nya hampir di setiap sesi yang disuguhkan. Mulai dari kalangan kyai/ustadz, pakar, akademisi sampai mahasiswa dan majlis taklim para ibu bergeliat memenuhi dan menyempurnakan makanan ‘rohani’nya dengan mengaji.
Yang tidak kalah unik dari beberapa kajian ini adalah keterlibatan amunisi ke-bahasaAraban yang dikemas dalam pengkajian Islam khususnya dalam rangka memahami konteks covid-19 ini. Teknik pembelajaran bahasa Arab kali ini berbeda dengan pembelajaran pada umumnya, karena tujuan dari kegiatannya yang juga berbeda. Ramadhan dan kondisi covid-19 membuat beberapa kalangan muslim aktif mengikuti kajian-kajian untuk menambah pengetahuan seputar agama dan mungkin sekedar ingin menghabiskan waktu agar tiada percuma. Dan jika kajian keislaman menjadi salah satu vitamin bathin seseorang dalam kondisi seperti ini, maka tentu dia akan antusias mencari dan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini. Dalam kajian-kajian keislaman seperti inilah secara otomatis ada tersisip bahasan singkat dan terapan seputar bahasa Arab. Betapa tidak dapat dipungkiri, konteks hukum Islam, senantiasa lahir dari pembahasan panjang pemahaman manusia terhadap teks agama seperti al-qur’an dan al-hadis yang secara menyeluruh tentu menggunakan bahasa Arab. Maka tidaklah dianggap berlebihan saat sahabat Umar ibn Khattab menyatakan “Pelajarilah bahasa Arab, karena itu sebagian dari agamamu..”. seorang ustadz atau guru agama, tidak akan terlepas dari mempelajari bahasa Arab saat beliau ingin menjadi wasilah allah SAW mendakwahkan agama dengan ilmu dan cara yang lurus dan benar. Maka sebagai audiens pun kita kerap kali diperkenalkan sekilas oleh para guru-guru/ustadz tersebut dengan istilah-istilah bahasa Arab yang berkaitan dengan pembahasan yang dibawakannya.
Contoh saja bagaimana lailatul qadr tahun 1441 H ini menjadi momen bersejarah untuk mensucikan diri dengan upaya-upaya menggapainya disamping upaya pasrah dengan pembagian takdir setiap manusia selama masa covid-19 melanda. Perlunya memaparkan makna lailatul qadr secara bahasa dan istilah bahasa Arab, dan kaitannya dengan upaya manusia memperolehnya dengan cara melakukan ibadah dan sabar terhadap ujian yang menimpa. Semua pembahasan ini berawal dari kajian tekstual singkat berbahasa Arab agar dapat dipahami maksudnya dalam konteks masyarakat saat ini. Sebuah pembelajaran bahasa Arab yang sederhana yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tertentu dalam kondisi yang tertentu pula. Audien tidak merasa berat dengan kaidah-kaidah bahasa Arab yang biasanya dimunculkan saat belajar bahasa Arab regular. *Iin Suryaningsih