JAKARTA – Guru les musik berinisial FCL (23) di Sukabumi, Jawa Barat, tidak lagi bisa menghirup udara bebas setelah aksi bejatnya terungkap. FCL ditangkap polisi karena kasus dugaan pencabutan terhadap belasan anak.
Aksi pencabulan ini, pertama kali terungkap ketika orang tua salah seorang korban melapor ke polisi soal dugaan pencabulan yang dilakukan pelaku. Sehingga, polisi mengamankan di kediamannya pada Minggu, 28 Juni.
Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Rizka Fadhila mengatakan, berdasarkan pengakuan pelaku, modus yang digunakan untuk mencabuli anak-anak adalah dengan menjanjikan akan mengajari cara bermain alat musik.
“Saat itulah ia mulai merayu korban hingga terjadi pencabulan,” kata Rizka pada awak media, Senin, 29 Juni.
Kata dia, sasaran FCL bukan hanya anak disekitar rumahnya saja. Melainkan dari beberapa daerah. Untuk mencari sasaran, dia memakai sarana media sosial Facebook.
Aksi bejat ini sudah dilakoni FCL sejak 2019 lalu. Bahkan dia sudah berhasil mencabuli 19 anak. Dari belasan anak yang dilecehkan, empat di antaranya menjadi korban seks menyimpang. Sebab, mereka merupakan anak laki-laki.
Polisi sampai saat ini masih mengembangkan kasus ini. Sebab, penyidik menduga masih ada korban lain. Saat ini, polisi sedang menelusuri kawasan sekitar rumah pelaku yang beralamat di Kampung Cibojong, Kalapanunggal Sukabumi. Hal ini dilakukan untuk mencari anak-anak yang juga menjari korban tetapi tak berani melapor.
“Kemungkinan bertambah korban itu ada, data yang saat ini mendapatkan perlakuan sodomi ini baru empat, sedangkan 15 lain nya mulai hari ini lakukan pemeriksaan tentunya di dampingi orang tua dan dinas terkait,” papar Rizka.
Kelainan dari pelaku itu disebut-sebut karena sempat menjadi korban pelecehan ketika masih mengenyam pendidikan sekolah dasar.
Penyebab memakan banyak korban
Kasus pelecehan anak bukan kali pertama terjadi. Perkara seperti ini terus saja bermunculan di beberapa daerah. Bahkan, beberapa di antaranya memakan banyak korban.
Pengamat Hukum Pidana dari Universitas Al Azhar, Suparji Ahmad mengatakan, faktor atau penyebab banyaknya korban karena sebagai masalah yang sensitif. Dimana ada korban yang menolak diketahui karena kejadian ini dianggap sebagai aib.
Menurut dia, hal ini yang dimanfaatkan oleh para pelaku. Sehingga, mereka dengan leluasa mengulangi perbuatannya dengan korban yang sama atau lainnya.
“Kejahatan ini hal yang sensitif. Terkait dengan kehormatan dan rasa malu. Sehingga korban tidak berani melapor atau mengadu,” ucap Suparji.
Kemudian, dengan perkara pelecehan yang dianggap sensitif. Banyak orang tua korban yang juga memilih tutup mulut, walaupun sudah diberitahu oleh korban. Sehingga, menutup diri dan seolah tak terjadi apapun menjadi langkah yang diambil.
Selain itu, mulut korban seolah dikunci oleh pelaku dengan cara mengancam. Dengan begitu, korban semakin tidak berani menyampaikan jika sudah menjadi korban pelecehan.
“Tentu ada faktor ancaman juga. Karakter masyarakat yang tertutup juga berpengaruh. Sehingga, tidak mudah untuk melapor ke aparat yang berwajib,” pungkas Suparji.
Sumber
VOI