Jakarta, Beritasatu.com – Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengungkapkan terdapat tiga kendala mendasar bagi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan jika hendak mencalonkan diri menjadi presiden RI pada pemilihan presiden 2024 mendatang.
Pertama, kata Ujang, adalah koalisi partai politik pengusung capres-cawapres.
Menurut Ujang, parpol pengusung merupakan syarat mutlak dan pokok yang harus dipenuhi. Sementara Anies saat ini merupakan tokoh yang tidak berada di salah satu partai politik di Indonesia.
“Syarat parpol pengusung ini tidak boleh dipandang sebelah mata karena persyaratan itu pokok. Jika tak dapat partai, maka sulit juga jadi capres,” ujar Ujang kepada Beritasatu.com, Sabtu (23/10/2021).
Kendala kedua, adalah konsistensi untuk menjaga elektabilitas tetap berada di posisi tiga besar. Saat ini, kata Ujang, Anies sudah memiliki elektabilitas tinggi, selalu masuk tiga besar dalam survei-survei lembaga yang kredibel. Namun, menurut dia, akan menjadi tantangan bagi Anies untuk menjaga elektabilitas tersebut setelah mengakhiri masa jabatan Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2022 mendatang.
“Karena kita tahu, Anies akan berhenti jadi Gubernur di Oktober 2022. Ada jeda waktu dua tahun menuju Pilpres 2024. Ini juga tantangan bagi Anies sendiri karena tak punya jabatan,” tandas dia.
Ketiga, lanjut Ujang, adalah kekuatan logistik dalam rangka membiayai kerja-kerja politik demi meraih kemenangan. Ujang menilai hal ini perlu dipikirkan Anies dan timnya jika memang benar-benar ingin menjadi Capres 2024.
“Kombinasi dukungan relawan dengan dukungan partai, elektabilitas tinggi, dan kekuatan logistik ini yang mesti diperhatikan Anies, jika dia ingin benar-benar jadi capres,” ungkap dia.
Untuk saat ini, kata Ujang, yang perlu dilakukan Anies dan timnya adalah menjaga agar elektabilitasnya tetap tinggi hingga pendaftaran capres-cawapres ke KPU nantinya. Dengan elektabilitas yang tinggi, tutur dia, maka partai-partai akan merapat untuk mendukung Anies.
“Jadi, caranya harus memiliki elektabilitas yang tinggi. Dengan elektabilitas yang tinggi, maka akan berpotensi menang. Nah secara psikologis partai-partai itu akan mendukung capres yang berpotensi akan menang,” terang dia.
Lebih lanjut, Ujang mengaku hingga saat ini terlalu dini untuk menyebutkan partai-partai yang berpeluang mendukung Anies menjadi capres. Termasuk, kata dia, tokoh yang berpotensi menjadi cawapres yang akan mendampingi Anies karena banyak pertimbangannya mulai dari elektabilitas, kekuatan partai pengusung, dan kekuatan logistik.
“Soal partai mana, masih belum jelas. Namun bisa saja jika elektabilitasnya tinggi, Anies bisa mendapat dukungan dari Nasdem, PKS, PAN, atau mungkin juga PPP,” pungkas Ujang.
Sumber