Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin meminta Presiden Jokowi segera mencopot Mendikbud Nadiem Makarim.
Jakarta – Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin meminta Presiden Jokowi segera mencopot Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Musababnya, banyak kebijakan di era Nadiem ia nilai tidak masuk akal dan tidak diterima stakeholder dalam dunia pendidikan.
Padahal, sebelumnya Ujang mengaku memiliki ekspektasi besar terhadap sosok Nadiem, diangkat sebagai menteri dari kalangan profesional atau non-partai. Namun, harapan besar itu punah. Ia menilai eks bos Gojek tersebut tidak ditempatkan di pos kementerian yang tepat.
Saya yang sangat keras meminta Pak Jokowi mereshuffle pak Nadiem Makarim karena kinerjanya tidak memuaskan.
“Di saat yang sama, saya ingin mengatakan penting sosok muda, lalu dia punya prestasi bagus di perusahaannya (Gojek), lalu juga memiliki pendidikan yang bagus di luar negeri,” kata Ujang Komarudin saat menjadi pembicara di kanal YouTube Tagar TV, diunggah Rabu, 2 September 2020.
“Awalnya saya sangat antusias secara objektif bahwa Nadiem memang layak diberi kesempatan untuk menjadi menteri. Namun, dalam perjalanan waktu, saya melihat Nadiem itu memang orang pintar, orang bagus, tapi tidak tepat diberikan amanah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” ucapnya menambahkan.
Ujang mengungkapkan, beberapa waktu belakangan ini dirinya kerap mendapat aduan dari para rektor universitas, berupa komplain terhadap kinerja Mendikbud Nadiem.
Direktur Indonesia Political Review (IPR) itu juga merasa kecewa lantaran Nadiem Makarim justru memilih memboyong rekan-rekannya masuk ke dalam kementerian. Meskipun lulusan kampus luar negeri sekalipun, hal itu Ujang pandang, tak lantas menjadi jaminan mutu untuk memajukan pendidikan nasional.
Ujang berpendapat, Nadiem semestinya merekrut akademisi dalam negeri yang lebih berkompeten pada bidangnya. Hal itu, kata dia, sekaligus dapat menjaga reputasi Nadiem dari isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
“Nadiem banyak membawa orang-orangnya ke kementerian, termasuk orang-orang dari teman-temannya di Amerika yang di Gojek dibawa di kementerian lalu menjadi staf khusus, lalu menjadi orang dekatnya di situ, lalu juga ada yang diangkat menjadi dirjen. Harusnya ketika dia seorang profesional, tidak harus membawa orang-orang dekatnya, tidak harus melakukan KKN seperti itu gitu lho,” ujar Ujang.
“Cari saja orang yang hebat, orang yang profesional, seperti profesor dan lain sebagainya untuk membantu dalam konteks kinerja dia di Kemendikbud. Tapi tidak, ini memperparah birokrasi di Kemendikbud,” ucapnya menambahkan.
Ujang berujar, beberapa waktu lalu ia sempat bertemu dengan anggota Komisi X DPR RI, yang menjadi mitra kerja Kemendikbud. Namun, kata dia, banyak anggota dewan juga komplain dan mengkritik kebijakan pendidikan era Nadiem, termasuk kebijakan kampus merdeka.
Menurut dia, dalam konteks ini bukan dirinya saja yang merasa antusias pada awalnya namun belakangan kecewa berat melihat kinerja Nadiem Makarim. Di sisi bersamaan, sistem pendidikan di Indonesia berubah, ia mengeluhkan untuk membuka prodi jurusan baru saja menjadi sulit.
“Itu sangat mudah di menteri yang lalu (buka prodi). Namun, hari ini sulit, banyak alasannya, lalu juga kadang-kadang ada yang mengajukan profesor begitu, dijawabnya dengan enteng, buat apa jadi profesor. Lho, itu kan menyinggung para dosen yang sudah berdarah-darah, berkeringat, berjuang dari awal untuk menjadi profesor,” tuturnya.
Oleh karena itu ia menyarankan Presiden Joko Widodo bergerak cepat mereshuffle menteri yang kinerjanya tidak sesuai ekspektasi publik, dalam hal ini adalah Mendikbud Nadiem.
“Inikah suatu perkataan yang menurut saya melukai para dosen-dosen di seluruh Indonesia dan banyak lagi kebijakan-kebijakannya. Saya yang sangat keras meminta Pak Jokowi mereshuffle pak Nadiem Makarim karena kinerjanya tidak memuaskan,” kata Ujang Komarudin.
Sumber