Jakarta, Jurnas.com – Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin menyebut Pemilu 2024 adalah momen terbaik bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mengusung Abdul Muhaimin Iskandar untuk menjadi Calon Presiden (Capres) atau tegasnya Gus Muhaimin Capres 2024.
“Pilpres 2024 ini akan menjadi pertarungan bebas antarsemua capres-cawapres. Oleh karena itu, saya memahami jika PKB ingin mengusung ketua umumnya, Gus Muhaimin Capres 2024. Kenapa? Karena memang peluangnya ada. Kalau nanti setelah 2024 sulit karena sudah ada incumbent, pemenang di Pemilu 2024,” ujar Ujang Komaruddin dalam talkshow bertajuk ”Gus Imin Diantara Prabowo atau Puan” Jumat (15/10/2021).
Ujang menjelaskan ada hal yang berbeda yang ingin ditawarkan PKB dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Dulu tokoh yang di-endorse PKB untuk maju dalam Pilpres adalah para sesepuh, senior atau kiai NU.
Misalnya pada Pemilu 2004, tokoh yang didukung PKB adalah KH Solahuddin Wahid (Gus Solah), adik Gus Dur, sebagai cawapres pendamping Wiranto. Kemudian pada Pemilu 2019 lalu PKB mengusung Rais Aam PBNU saat itu, KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres pendamping Jokowi.
”Saya melihat ada pergeseran hari ini PKB yang ingin mengusung ketua umumnya. Menurut saya itu sesuatu yang sehat, sesuatu yang baik, menawarkan figur alternatif untuk Pilpres 2024,” urainya.
Bagaimana jika Gus Muhaimin dipasangkan dengan Prabowo seperti yang sebelumnya pernah disampaikan Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu DPP PKB Jazilul Fawaid? Ujang yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini mengatakan bahwa jika hitung-hitungan ektabilitas, duet tersebut ada kecocokan. Prabowo dikenal sebagai sosok nasionalis sementara Gus Muhaimin mewakili kelompok Islam yang berbasis kultural.
”Itu cocok-cocok saja, bagus-bagus saja dibandingkan dengan Puan yang mohon maaf elektabilitasnya masih di bawah. Ini butuh perjuangan keras kalau (Muhaimin) berpasangan dengan Mbak Puan,” paparnya.
Kendati begitu, menurut Ujang, bukan perkara mudah untuk menggandengkan Gus Muhaimin Capres 2024 dengan Prabowo.
Ia menilai dari pendapatnya Pak Jazilul Fawaid bahwa PKB tidak sedang ingin menjadi cawapres, tapi bargaining-nya ingin menjadi capres.
Kata Ujang, dalam sebuah bangunan koalisi, pasti akan terjadi kompromi yang terbaik di antara parpol koalisi. Dia menekankan bahwa saat ini semua nama bakal capres-cawapres yang muncul ke permukaan elektabilitasnya belum ada yang dominan dan masih di bawah 30 persen.
“Masih jauh, belum stabil. Belum kelihatan nanti siapa yang akan menang. Lalu, koalisi yang dibangun juga belum terlihat, komposisi siapa capres-cawapres juga belum kelihatan,” tuturnya.
Karena itu, tutur Ujang, menjadi menarik untuk melihat skema atau format yang memungkinkan jika PKB berkoalisi dengan Gerindra.
“Apakah Gus Muhaimin bisa dengan Pak Prabowo atau dengan Puan atau dengan kepala daerah lain, saya lebih realistis karena ini 20 persen presidential threshold tidak mudah. Sesuatu yang perlu diperjuangkan PKB, lebih ralistis memilih (koalisi) dengan ketum parpol yang memiliki elektabilitas tinggi, siapapun dia,” katanya.
Sementara itu, Jazilul Fawaid mengatakan bahwa PKB terbuka untuk membangun koalisi dengan siapapun untuk mencari agenda bersama untuk kepentingan bangsa.
Tapi bagi Gus Jazil Pemilu masih panjang, sebenarnya belum saatnya berfikir terlalu jauh soal capres-cawapres karena yang diharapkan masyarakat hari ini bagamana bisa terbebas dari Covid-19 dan ekonomi bisa tumbuh.
Yang ingin dimunculkan Gus Jazil adalah wacana soal nama-nama calon presiden sejak dini, karena dapat menjadi hal yang menarik sehingga masyarakat akan bisa melihat track record calon, rekam jejak, program kerja dan visi misi lebih awal.
“PKB ingin mengajak masyarakat dari awal kalau mau nyalon, tegas saja. Nggak usah malu-malu supaya bisa dinilai track record-nya, bisa dibaca program dan alur pikirnya, dan bisa menjadi harapan baru buat Indonesia,” katanya.
Soal apakah Gus Muhaimin akan diusung sebagai capres atau cawapres, Gus Jazil mengatakan bahwa saat ini ikhtiar seluruh kader PKB adalah menjadikan Gus Muhaimin sebagai capres. Namun, pihaknya juga realistis bahwa PKB tidak bisa maju sendiri untuk mengusung Gus Muhaimin sebagai capres sehingga harus berkoalisi dengan parpol lain.
”PKB punya modal 9-10 persen. Tentu kalau koalisi dengan parpol menengah bawah, kita harus mengajak dua parpol lagi. Tapi kalau dengan Gerindra cukup dua partai. Tapi yang perlu dibahas kan bukan sekadar mencukupi, elektoral, tetapi harus menang. Dan kalau menang harus bermanfaat untuk masyarakat,” katanya.
Nantinya jika koalisi dengan parpol lain sudah terjalin, juga akan dibicarakan bersama soal komposisi siapa capres dan siapa cawapres, termasuk program kerja dan lainnya.
”Hari ini Pak Muhaimin maju capres harga mati. Semua kader PKB bergerak untuk itu. Nah bahwa nanti bagaimana kedepannya setelah berkoalisi, harus dibahas disitu. Kita nggak ngotot kok. Kita bukan harga mati dalam konteks pokoke. Kita ingin presiden 2024 ke depan itu betul-betul yang diharapkan masyarakat,” tutur Wakil Ketua MPR RI ini.
Sumber