Jakarta – Presiden Joko Widodo kembali menegur jajaran para menterinya di Kabinet Indonesia Maju. Para menteri yang dapat teguran spesial dari Jokowi dinilai layak untuk diganti alias di-reshuffle.
“Jokowi ngegas menteri-menterinya merupakan hal yang wajar. Dia bosnya. Dia pimpinannya. Dan dia yang milih menteri-menterinya,” ungkap pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin kepada detikcom, Kamis (9/7/2020).

Menurut Ujang, alasan Jokowi ngegas kembali adalah karena ada menteri yang salah dan lambat dalam bekerja. Ia menyebut, tak mungkin Jokowi akan marah apabila para menterinya bekerja dengan baik.

“Seperti layaknya mobil, jika kita gas, maka mobil akan berjalan kencang. Namun jika pedal gasnya, tak diinjak lebih dalam, maka jalannya akan landai. Begitu juga kinerja para menteri Jokowi. Jika tak digas, kinerjanya landai dan lamban. Hingga Jokowi marah-marah mengancam reshuffle,” tutur dia.

Ujang juga menilai Jokowi terlambat memberikan teguran saat ini. Seharusnya teguran diberikan di awal pandemi virus Corona (COVID-19) sehingga para menterinya bisa bekerja cepat dan baik.

“Harusnya menegur sebelum pandemi. Agar ketika pandemi, para menteri bekerja dengan gaspool. Namun karena menegurnya, saat new normal saat ini, justru yang terlihat adalah kegagalan-kegagalan para menteri dalam mengurus kementeriannya di masa pandemi,” ucap Ujang.

“Namun, dari pada tidak sama sekali. Teguran Jokowi tersebut sangat penting. Untuk memacu dan memicu agar para menteri bekerja lebih baik lagi. Ucapan Jokowi, yang mengatakan bahwa 3 bulan WFH (work from home) seperti udah cuti. Itu artinya para menteri ketika WFH tak banyak kerja. Tak banyak melakukan terobosan-terobosan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan rakyat, bangsa, dan negara,” tambahnya.

Ujang pun menilai, sudah selayaknya menteri-menteri yang tak mumpuni diganti. Apalagi selama pandemi, kinerja menteri dinilai bisa dengan mudah dievaluasi.

“Jika kinerjanya selama pandemi atau 3 bulan terakhir jeblok, maka tak perlu dipertahankan. Para menteri itu kan digaji negara, mendapat fasilitas wah dan mewah, kemana-mana diistimewakan. Jika menteri selama WFH dianggap cuti oleh Jokowi, maka menteri-menteri tersebut layak diganti,” sebut Ujang.

Sementara itu menurut pengamat politik Univeristas Paramadina Hendri Satrio, seharusnya Jokowi tidak memberikan teguran secara merata. Apalagi Jokowi pasti sudah memiliki evaluasi internal kinerja para menterinya.

“Tidak perlu hantam kromo semuanya gitu. Kasihan yang sudah kerja keras dapat teguran yang sama dengan kemungkinan yang tidak kerja keras. Jadi menurut saya, khusus, dari data evaluasi menteri tersebut, dilihat saja. Yang memang kinerjanya memble ditegur sendiri secara langsung, tegas, keras. Nggak perlu mengajak menteri-menteri yang sudah kerja keras lainnya,” kata Hendri, terpisah.

Menurut dia, beberapa menteri saat pandemi Corona ada yang bekerja sangat keras. Jika Jokowi memukul rata memberikan tegura, hal tersebut akan terasa kurang adil bagi menteri yang kinerjanya bagus.

“Jangan ditegur bareng-bareng, kasian kan. Orang sudah kerja super keras tapi kena tegur, jadi terbatas aja. Panggil lah menteri yang dianggap kinerjanya memble, tegur keras pribadi. Kalau nggak mau berubah juga, ya reshuffle,” urai Hendri.

“Panggil juga menteri-menteri yang sudah kerja keras selama COVID. Berikan penghargaan, minta mereka jangan kendor, kerja lebih keras lagi. Kalau semuanya bagus, berhasil, sejarah mencatatnya prestasi presiden kok, bukan prestasi menteri,” sambungnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi kembali menyentil kinerja para menterinya. Jokowi menyinggung sistem bekerja dari rumah atau WFH yang dilakukan selama ini justru tampak seperti cuti.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi dalam rapat terbatas bersama menteri dan kepala lembaga negara mengenai ‘Percepatan Penyerapan Anggaran di 6 Kementerian/Lembaga’ pada Selasa (7/7) lalu. Video itu kemudian diunggah dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (8/7) kemarin.

“Saya minta kita memiliki sense yang sama. Sense of crisis yang sama. Jangan sampai 3 bulan yang lalu kita menyampaikan bekerja dari rumah, work form home. Yang saya lihat ini kayak cuti malahan. Padahal pada kondisi krisis kita harusnya kerja lebih keras lagi,” kata Jokowi, seperti dilihat detikcom, Kamis (9/7).

Sumber
Detik