Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Megawati Soekarnoputri menilai Jakarta amburadul. Salah satu basisnya adalah Jakarta yang kini dipimpin Gubernur Anies Baswedan tidak masuk tiga besar Kota Mahasiswa Terbaik 2020 versi Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Berdasarkan hasil riset tim UNJ, DKI Jakarta berada di peringkat ke-6 dengan skor 10. Sementara peringkat pertama adalah Semarang dengan skor 17, diikuti Solo dan Surabaya dengan skor 15.

“Persoalannya, sekarang saya bilang Jakarta ini menjadi amburadul, karena apa, ini tadi seharusnya city of intellect ini dapat dilakukan tata kotanya, masterplan-nya, dan lain sebagainya,” kata Mega saat berbicara dalam acara Dialog Kebangsaan: Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial yang disiarkan secara daring, Selasa (10/11/2020).

Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menganggap ucapan Megawati itu menyiratkan Jakarta sudah level darurat, terutama karena Megawati, selaku Ketua Umum PDIP, yang menyampaikan langsung. Bukan lagi kader PDIP.

“Kader PDIP di Jakarta sudah hampir tiap saat kritik Anies. Itu artinya, bagi Megawati Jakarta sudah level darurat. Kritik Mega ini karena Jakarta sudah darurat perlu upaya revolusioner untuk berbenah,” kata Adi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (11/11/2020).

“Tujuannya agar Anies benah Jakarta. Itu saja. Selain itu, bukan hal yang aneh jika elite PDIP mengkritik Anies. Karena posisinya sebagai oposan, yang aneh kalau muji Anies,” lanjutnya.

Selanjutnya, Adi mengatakan Anies perlu merespons tudingan Megawati tentang Jakarta amburadul tersebut. Menurutnya itu perlu karena selama ini Anies kerap dikritik hanya pandai berwacana oleh oposisi. Apalagi, sekarang Ketua Umum PDIP yang juga mantan Presiden yang melancarkan kritik secara langsung.

“Saatnya Anies pamer kerja yang sudah dilakukan. Tak bisa lagi berdiam diri dengan tudingan seperti itu. Atau jangan-jangan Anies sangat menikmati kritik yang datang dari berbagai penjuru itu,” kata Adi.

Analis Politik Exposit Strategic, Arif Susanto menganggap kritik Megawati tentang Jakarta amburadul, merupakan kritik yang subjektif.
Kritikan tersebut, kata Arif, dilontarkan karena ada kepentingan partai yang tidak diakomodasi oleh eksekutif dalam hal ini Anies selaku gubernur.

“Penilaiannya Megawati sebenarnya penilaian politis, ya. Kalau kita paham bahwa politik itu soal kepentingan, maka tentu saja penilaian Megawati itu subjektif,” ujar Arif.

Mengenai gelagat Megawati yang mengkritik langsung kepemimpinan seseorang, Arif mengatakan bahwa hal tersebut merupakan gaya politiknya. Langsung mengkritik tanpa tedeng aling-aling dengan menggunakan diksi amburadul.

“Sejak lama kalau Bu Mega merasa enggak nyaman dengan sebuah kondisi itu, ya, cara berkomunikasinya seperti ini. Dengan kalimat simpel,” kata Arif.

Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai pernyataan Megawati yang menyebut Jakarta amburadul terlalu subjektif. Apalagi, Jakarta baru-baru ini meraih penghargaan internasional di bidang transportasi, Sustainable Transport Award (STA) 2021.

“Kalau amburadul menurut hemat saya terlalu tendensius,” kata Ujang kepada CNNIndonesia.com.

Ujang mafhum bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diberesi oleh Anies maupun wakilnya, Ahmad Riza Patria seperti halnya penanganan banjir di ibu kota. Namun penyematan kata ‘amburadul’, menurut dia berlebihan.

Senada dengan Arif, Ujang memandang kritikan yang disampaikan Mega tak lepas dari terganggunya kepentingan PDIP di ibu kota.

“Bisa saja dalam konteks pembangunan Jakarta bisa saja PDIP dalam tanda petik tidak diakomodasi dengan baik oleh Anies. Bisa saja proyek pembangunan diberikan kepada partai lain,” ungkapnya.

“Itu juga saya pernah dapat bocoran dari anggota DPRD PDIP begitu. Akhirnya semua proyek diberikan kepada partai lain. Kira-kira begitu,” sambungnya.

Sejauh ini, Anies belum merespons tudingan Megawati. Baru Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria yang angkat suara. Politikus partai Gerindra itu menyebut kritikan Mega sebagai ‘obat’ untuk membangun Jakarta lebih baik.

“Ya, itu kami menghormati menghargai siapa pun memberikan komentar atas kota Jakarta, kami anggap semua masukan kritik sebagai obat bagi kami,” kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (10/11/2020).

Sumber
CNBC Indonesia