Langkah Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, memberikan klarifikasi soal isu pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) melalui kanal YouTube ataupun siniar (podcast) Deddy Corbuzier dinilai tepat. Pangkalnya, dapat menjangkau lebih banyak audiens.
“Maka, pilihan hadir di podcast Deddy menjadi pilihan Prabowo,” kata pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, saat dihubungi Alinea.id, Selasa (15/6).
Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu juga menyatakan kesiapannya kembali maju pada pemilihan presiden (pilpres). Keterbukaan itu dianggap tidak mencuri start lantaran sudah bergerak sejak kontestasi sebelumnya.
“Kalau curi start, kesannya ada aturan yang dilarang. Prabowo sudah jalan, jalan untuk tebar pesona dan dalam politik itu hal biasa,” jelasnya.
Kendati demikian, Ujang berpendapat, saluran siniar Deddy Corbuzier menjadi opsi bagi Prabowo karena banyak pemilih muda yang menjadi pendengarnya karena cenderung melek dunia digital. Selain itu, publik tidak suka dengan hal-hal formal.
“Ya, menjangkau apa yang ingin dikatakannya ke publik karena publik tidak terlalu suka dengan hal-hal formal. Makanya Prabowo melakukannya di acara nonformal,” katanya.
Di sisi lain, Pilpres 2024 bakal menjadi kesempatan keempat bagi Prabowo semenjak kontestasi pada 2009. Jika maju dalam kontestasi, dia akan berusia 73 tahun nantinya.
Dari berbagai survei, elektabilitas Prabowo tergolong tinggi kendati angkanya stagnan. Dalam riset teranyar Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), tingkat keterpilihan mantan mantu Presiden ke-2 RI, Soeharto, ini sekitar 21,5%.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, bersaing ketat di bawah Prabowo. Di antara ketiga nama tersebut, hanya elektabilitas Ganjar yang meningkat dalam dua tahun terakhir sejak Pemilu 2019.
Sumber