Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memicu kontroversi usai menyebut Kementerian Agama (Kemenag) adalah hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama (NU). Para pakar menilai pernyataan Yaqut cacat sejarah.
Sejarawan Islam Universitas Indonesia Tiar Anwar Bachtiar menilai pernyataan Yaqut tak sesuai fakta sejarah. Dia menjelaskan Kemenag didirikan karena kebutuhan Indonesia mengurus keagamaan.
Tiar mengatakan pengurusan bidang keagamaan telah dimulai sejak era pemerintahan Belanda lewat penghulu-penghulu. Setelah merdeka, para pendiri bangsa merasa harus ada lembaga negara yang menaungi urusan agama di Indonesia.
“Kalau dianggap sebagai hadiah untuk NU, dulu jaman Belanda urusan haji, nikah, talak, cerai diurus Belanda hadiah buat siapa? Jadi, enggak masuk akal, itu cacat logika secara histroris,” kata Tiar saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (25/10).
Tiar menyampaikan sejarah yang diungkap Yaqut juga mengada-ada. Ia berkata perwakilan NU di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah Wahid Hasyim, bukan Wahab Chasbullah.
Saat diskusi soal penghapusan 7 kata Piagam Jakarta, Hasyim pun tak ikut. Kala itu, Hasyim berada di Surabaya karena sedang sakit.
Tiar menyebut juru damai saat itu bukan Wahab Chasbullah, melainkan Kasman Singodimedjo. Kasman menengahi perdebatan antara Mohammad Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo soal tujuh kata Piagam Jakarta.
“Saya kira berlebihan Yaqut ini. Kasihan publik dikasih data yang bodong,” tuturnya.
Dia juga mengatakan Kemenag tak selalu dipimpin perwakilan Nahdlatul Ulama. Menag pertama adalah Rasjidi yang berafiliasi dengan Al Irsyad Al Islamiyyah. Rasjidi juga merupakan keluarga besar Muhammadiyah.
Tiar mengatakan dominasi menag dari NU baru dimulai pascareformasi. Ia menyebut hal itu terjadi karena keberhasilan NU menyokong penguasa.
Hal serupa juga disampaikan pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Ujang berpendapat Yaqut salah kaprah soal Kemenag hadiah negara untuk NU.
Ujang berkata dominasi NU di Kemenag mengental karena kedekatan dengan pemerintahan Joko Widodo. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat NU berkuasa penuh atas Kemenag.
“Kalau semua pejabat pikir seperti itu, repot. Nanti Kemendikbud hadiah negara untuk Muhammadiyah, lainnya misalkan Kemensos hadiah untuk PDIP,” kata Ujang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (25/10).
Ujang menyoroti respons cepat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam membantah Yaqut. Ia menilai langkah itu diambil karena PBNU tidak mau menerima dampak negatif dari pernyataan blunder Yaqut.
Selain itu, Ujang melihat ada faktor politis dalam bantahan PBNU. Ia menilai ada upaya gerbong Said Aqil di PBNU memanfaatkan blunder Yaqut. Pasalnya, Yaqut berada di kubu Yahya Staquf dalam bursa calon ketua umum PBNU.
“Kelihatannya diolah. Saya meyakini, menganalisa, Said Aqil akan maju lagi tiga periode. Kemarin sudah ketemu Jokowi. Kelihatannya tidak mau kursi PBNU beralih tangan ke Gus Yaqut atau kakaknya Staquf,” tutur Ujang.
Foto: Arsip Humas Kemenag
Menag Yaqut Cholil Qoumas bertemu Ketum PBNU Said Aqil Siraj.
Pernyataan kontroversial soal Kemenag disampaikan Yaqut dalam webinar yang digelar PBNU. Saat itu, Yaqut sedang membahas soal sejumlah kebijakannya yang menimbulkan protes di internal Kemenag.
Ia bilang ada seorang staf Kemenag mempertanyakan rencana penghapusan moto “Ikhlas Beramal” dari logo Kemenag. Perdebatan merembet ke klaim Kemenag adalah hadiah untuk umat Islam.
Yaqut tak terima. Ia membantah pernyataan tersebut. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu pun mengklaim Kemenag adalah hadiah negara untuk NU.
“Saya bantah. Kemenag itu hadiah untuk NU, bukan umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU. Saya rasa wajar kalau sekarang NU memanfaatkan banyak peluang di Kemenag karena hadiahnya untuk NU,” kata Yaqut RMI-PBNU yang diunggah oleh kanal Youtube TVNU, Rabu (20/10).
Dia mengklaim NU hadiah itu diberikan berkat jasa NU di awal kemerdekaan. Saat itu, tokoh-tokoh bangsa memperdebatkan penghapusan tujuh kata dari Piagam Jakarta saat dituang ke Pancasila.
Menurut Yaqut, perwakilan NU Wahab Chasbullah jadi juru damai. Setelah momen itu, ucap Yaqut, dibentuklah kementerian khusus mengurusi keagamaan.
“Nah, wajar kalau kita minta Dirjen Pesantren dan kita banyak afirmasi pesantren dan santri jamiyah NU. Saya kira rasa wajar saja, tak ada yang salah,” tuturnya.
Pernyataan Yaqut lantas membuat banyak pihak geram. Ulama Anwar Abbas bahkan mengusulkan Kemenag dibubarkan karena membuat gaduh.
Sementara Pengurus Besar NU tegas membantah pernyataan Yaqut. “Kemenag hadiah negara untuk semua agama, bukan hanya untuk NU atau hanya untuk umat Islam,” kata Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini.
Yaqut belakangan mengklarifikasi pernyataannya. “Itu saya sampaikan di forum internal. Saya tidak tahu kemudian kok digoreng-goreng di publik bagaimana,” katanya usai membuka acara Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2021 di The Sunan Hotel, Solo, Senin (25/10).
Sumber