jpnn.com, JAKARTA – Pengamat politik Ujang Komarudin menilai ada tiga hal yang terkesan ‘ditakuti’ pemerintah dari keberadaan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, saat ini. Pertama yakni, Habib Rizieq Shihab semakin hari semakin besar. Kedua, pengikut maupun pendukungnya makin banyak. Lalu yang terakhir, pendukungnya cenderung sangat militan.
“Jadi ada tiga hal. HRS maskin besar, pengikutnya makin banyak dan cenderung militan. Nah kenapa khawatir? Karena HRS saat ini menjelma menjadi simbol oposisi rakyat,” ujar Ujang kepada jpnn.com, Selasa (8/12). Menurut pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia ini, ketika HRS makin besar, hal itu akan sangat merugikan dan membahayakan pemerintah. “Pemerintah akan mengalami delegitimasi politik dari rakyat,” ucapnya.
Artinya, kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini kemudian, ketika kepercayaan masyarakat kepada pemerintah menurun, di sisi lain kepercayaan masyarakat pada HRS meningkat. “Rakyat tak akan percaya pada pemerintah lagi, rakyat akan lebih percaya pada HRS,” ucapnya.
Ujang menilai kondisi tersebut sangat tidak diharapkan pemerintah, karena oposisi yang disertai dengan pengikut yang militan, benar-benar akan sangat merepotkan.
Apakah ada kaitan tewasnya enam laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek, dengan kasus operasi tangkap tangan dua menteri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)? Ujang meyakini tidak ada sama sekali. “Saya kira kasus dua menteri dengan kasus matinya 6 anggota FPI, berdiri sendiri. Sepertinya dua kasus yang ‘dimainkan’ oleh kelompok yang berbeda,” pungkas Ujang.(gir/jpnn)
Sumber
JPNN