Elshinta.com – Universitas Majalengka kembali melakukan MoU dengan enam perguruan tinggi di tanah air. Enam perguruan tinggi tersebut diantaranya Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Garut, Universitas Pakuan, Universitas 11 April, Universitas Internasional Batam dan Institut Teknologi Garut.

Bertempat di Auditorium UNMA, Mou dengan beberapa perguruan tinggi swasta tersebut sekaligus menggelar seminar nasional dengan tema “Transformasi Perguruan Tinggi Swasta Dalam Merespon Program MBKM” dengan Nara sumber Prof. Adiwijaya.

Rektor Universitas Majalengka, Prof. Sutarman kepada media menjelaskan penandatanganan kerja sama dengan pimpinan perguruan tinggi lain sebagai upaya agar MBKM lancar tanpa ada beban finansial bagi mahasiswa.

“Artinya bagaimana kami melakukan MoU dengan para pimpinan PTS lain agar program MBKM ini bisa jalan secara lancar dan tanpa ada beban finansial lagi untuk mahasiswa,” kata Rektor seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Enok Carsinah, Minggu (20/2).

Rektor menjelaskan saat ini progam MBKM masih merupakan skema dari pemerintah atau skema kementerian, yang dananya masih dirangsang oleh gagasan dan dana pemerintah.

‘Maka pada saat dilaksanakan secara mandiri. Maka tidak ada lagi APBN masuk di situ. Oleh karena itu harus ada kesepakatan antar PTS (perguruan tinggi swasta), bahwa jangan ada lagi pembebanan dana untuk MBKM ini,” ujarnya.

Sutarman menyebut, adapun beban biaya bagi mahasiswa cukup melalui SPP dari masing-masing Perguruan Tinggi asalnya saja, meskipun Perguruan Tinggi yang akan menjadi tempat pertukaran mahasiswa lebih mahal, tidak menjadi persoalan.

“Misal, dari UNMA ngirim mahasiswa ke kampus Bogor. Sudah SPP-nya, SPP Majalengka saja.Tapi bagaimana misal saya ingin bekerjasama dengan perguruan tinggi masing-masing di Jakarta, mahal pasti. Sudah SPP-nya, SPP Majalengka saja,” tandasnya.

Sutarman juga mengatakan, UNMA saat ini telah menjalin kerjasama dengan 87 perguruan tinggi baik PTS, PTN maupun luar negeri, sehingga program MBKM tinggal dilaksanakan.

“Artinya bahwa perguruan tinggi-perguruan tinggi luar, mahasiswa luar perguruan tinggi tertentu. Bisa kuliah di perguruan tinggi ini (UNMA) dengan bayar sesuai dengan SPP home base nya masing-masing.” terangnya.

Disamping itu kata Rektor, perlu adanya magang bagi mahasiswa di perusahaan dan instansi sebagai kegiatan di luar kampus.

“Dan juga yang penting, perlu adanya magang. Jadi ada mahasiswa yang beraktivitas di luar kampus. Di luar kampus itu bisa kampus luar, bisa juga di pusat perusahaan dan instansi. Oleh karena itu tadi kami mengundang KPU dan bagian pembendaharaan negara, itu untuk administrasi publik,” pungkasnya.

Sementara Prof. Adiwijaya mengatakan perlu adanya kolaborasi bersama-sama, satu sama lain, untuk saling menguatkan karena MBKM merupakan program baru, yang pasti akan ada kekurangan disana sini

“Dari situlah kita mengambil kekurangan itu, kita pelajari bersama-sama, karena dimasa sekarang ini sesuatu hal tidak mudah. Kita harus jalani bersama-sama, karena kalau parsial berat. Kalau bersama-sama kita bisa mewujudkan MBKM ini seperti tujuan awal, mahasiswa yang lulus lebih siap untuk berkontribusi untuk masyarakat dan bangsa ini,” katanya.

Sumber

elshinta