Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) telah mengadakan bedah buku mengenai Komunikasi Antarbudaya karya Prof. Dr. Aloysius Liliweri, M.Si. Acara ini diadakan pada Kamis (18/11) lalu dan juga merupakan hasil kolaborasi bersama PT. Rajagrafindo dengan Prodi Ilmu Komunikasi UAI.
Acara dibuka dengan Keynote Speech oleh Rektor UAI, Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc. dan kemudian berlanjut dengan pemaparan materi oleh Dosen FISIP UAI, Dr. Kussusanti, M.Si serta Penulis Buku Komunikasi Antarbudaya, Prof. Dr. Aloysius Liliweri. Sebagai informasi buku ini bertujuan untuk memperkaya pemahaman publik mengenai komunikasi dan pesan Antarbudaya.
“Diadakannya bedah buku di FISIP UAI ini tentu sangat memperkaya wawasan mahasiswa, dosen, dan juga publik tentang komunikasi antarbudaya yang turut hadir pada webinar ini.” Ujar Prof. Asep dalam Keynote Speechnya.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda bisa beda ras, etnik, atau sosial ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh masyarakat serta berlangsung dari generasi kegenerasi.
Dr. Kussusanti selaku pembicara menyampaikan komunikasi antarbudaya ini akan terjadi ketika adanya komunikasi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda demi mencapainya suatu tujuan komunikasi yang sama serta terjalin interaksi yang lancar pada hakekatnya.
“Komunikasi antar budaya ini merupakan komunikasi yang terjadi ketika kedua orang atau lebih sedang proses berkomunikasi, untuk mencapai pemahaman, maupun pengertian yang terjadi di antara khalayak yang berbeda kebudayaan.” Ujar dosen yang kerap dipanggil Bu Santi tersebut.
Sepakat dengan itu, Prof. Aloysius menyampaikan bahwa komunikasi antarbudaya pada hakikatnya dapat menciptakan keselarasan dan kebersamaan. Komunikasi itu juga dapat saling memahami sisi-sisi perbedaan antar individu. Hal itu pun sering terjadi di Indonesia, karena Indonesia merupakan negeri yang memilik ragam budaya. Dan perbedaan inilah yang harus didukung, dipelihara dan dilestarikan.
“Pada hakikatnya, komunikasi antar budaya mengandung dimensi antar budaya. Dengan kata lain, adanya komunikasi antar budaya telah memberikan dampak positif untuk mempermudah bersosialisasi dan meminimalisir kesalahpahaman.” Kata Prof. Aloysius.
Acara berlanjut dengan adanya sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber, antusias pun terbangun berdasarkan pertanyaan yang ditanyakan kepada pemateri yang hadir. Semoga dengan diadakannya acara ini dapat memberikan manfaat bagi kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan mendatang baik dari segi komunikasi maupun segi lainnya.