JAKARTA – Langkah Ketua DPR Puan Maharani mengikuti kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke sejumlah daerah dinilai sebuah kode. Agar mengangkat dan mengerek elektabilitas Puan Maharani.
“Banyak jalan menuju Roma, ikut kunjungan Presiden Jokowi ke daerah-daerah menjadi salah satu cara menuju Roma itu,” kata Direktur Eksekutif Indonesian Political Review (IPR) Ujang Komarudin, Senin (4/10/2021).
“Satu sisi melakukan pengawasan kinerja pemerintah. Kedua, harapannya popularitasnya naik dan perlahan elektabilitasnya akan terkerek,” tambahnya.
Dalam dunia politik kata Ujang, langkah Puan Maharani itu bagian dari psywar atau perang urat syaraf bagi lawan politiknya. Terkesan, bahwa Puan didukung dan di back-up oleh Jokowi.
“Sehingga, lawan politiknya gentar. Sebab, semua kandidat capres dan cawapres lain juga ingin dekat dengan presiden,” ujarnya.
Apakah langkah Puan efektif mengerek elektabilitas? Pengajar di Universitas Al-Azhar Indonesia ini mengatakan, tergantung usaha dari putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut. Artinya, itu akan efektif kalau Puan melakukan tindakan-tindakan lain yang bisa mendapat simpati publik.
“Yang penting usaha dulu, soal hasil itu kemudian. Langkah yang tepat, namun belum tentu berhasil. Butuh usaha keras dan mencari momentum agar Puan bisa disenangi publik,” jelasnya.
Dalam sebulan terakhir, Puan banyak terjun langsung meninjau program pemerintah seperti Vaksinasi massal, bakti sosial, webinar-webinar dengan generasi milenial, dan banyak aktivitas lainnya. Namun, kata Ujang, langkah tersebut bisa efektif dan bisa tidak.
“Justru yang paling efektif adalah Puan dengan jabatan Ketua DPR-nya membuat kebijakan yang pro rakyat. Buat rakyat senang dengan kebijakan-kebijakan yang pro kepadanya, misalnya dengan menggelar bakti sosial, vaksinasi massal, dan kegiatan positif lain yang melibatkan rakyat,” terangnya.
Ujang juga mengungkap bocoran dari internal PDIP. Infonya, PDIP akan tetap mengusung Puan Maharani sebagai Capres-Cawapres pada Pemilu 2024. Bagi mereka menang bersama-sama dan kalah pun pun bersama-sama.
“Mungkin karena putri mahkota di PDIP maka akan dipaksakan maju. Dengan konsekuensi bisa babak belur. Keuntungannya yang diajukan kader sendiri. Anaknya ketum PDIP. Paling tidak kalau menang senang. Kalau kalah ya sudah berjuang,” jelasnya.
Sumber