Jakarta – Peneliti politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyebut ada kecocokan antara Anies Baswedan dengan Khofifah Indar Parawansa. Namun, Anies pun akan berkomunikasi dengan berbagai tokoh lainnya.
“Anies masih akan terus keliling-keliling. Dan itu bagian dari silaturahmi dan safari politik. Itu biasa dilakukan para politisi,” katanya saat dihubungi Minggu (25/4/2021).

“Bisa saja pertemuan tersebut bagian dari silaturahmi awal atau penjajakan awal untuk skenario politik Pilpres 2024,” ucapnya.

Menurut Ujang, Anies dan Khofifah bisa dicocok-cocokan. Perbedaan gender diantara keduanya bisa saling melengkapi.

“Soal apakah mereka berdua cocok atau tidak. Kalau kita lihat dari perspektif gender, maka bisa menjadi pasangan yang cocok. Karena Anies laki-laki dan Khofifah perempuan. Komposisi perwakilan pemilih laki-laki dan pemilih perempuan,” kata Ujang.

Bagi ujang soal kecocokan itu bisa dibentuk sendiri. Hal terpenting adalah membangun simpati masyarakat.

“Chemistry bisa dibangun dan dibentuk. Yang perlu dilakukan keduanya adalah agar mendapatkan simpati publik dengan cara mendapatakan popularitas dan elektabilitas yang tinggi,” katanya.

Kemudian, Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Aditya Perdana, tidak secara jelas menyebut antara Anies dan Khofifah memiliki kecocokan. Baginya, terlalu dini untuk menyumpulkan hal terseut.

“Akan ada banyak spekulasi, simulasi cocok atau tidak, tapi paling tidak, saya tidak mengarahkan pencalonan, paling nggak baru usaha untuk saling kunjungi untuk mengenal orang di belakang mereka,” kata Aditya, saat dihubungi terpisah.

Menurut Aditya, meski Anies dan Khofifah memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mantan menteri, dan mantan juru bicara kampanye Joko Widodo, tapi ada perbedaan yang cukup jelas diantara keduanya.

“Dalam konteks ini, ada dinamika politik yang berbeda. Karena Pak Anies kan kecenderungannya bukan didukung oleh Kelompok pemerintah,” katanya.

Meski begitu, bagi Aditya, hal wajar jika Anies dan Khofifah menjalin komunikasi untuk pemilu 2024. Selama dua tahun ke depan, akan banyak tokoh-tokoh melakukan safari atau komunikasi dengan pihak lainnya.

“Saya melihatnya ini masih dalam posisi cair saja, bukan kondisi tertentu, masih pajang, apapun bisa terjadi. Sama kayak pacaran aja,” ujarnya.

Sumber

Detik