JAKARTA – Setelah mengulas tentang Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Puan Maharani dan Ridwan Kamil, kali ini SINDOnews mengulas tentang sejauh mana peluang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024. Seperti Anies, Ganjar, Puan, dan Ridwan Kamil, AHY juga termasuk tokoh yang masuk bursa Pilpres 2024 berbagai lembaga survei belakangan ini.

Ketua umum Partai Demokrat itu memiliki latar belakang militer. AHY mundur sebagai prajurit TNI Angkatan Darat (AD) pada September 2016 dengan pangkat terakhir mayor. Lalu, putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mencoba peruntungan di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.

Namun, AHY yang saat itu berpasangan dengan Sylviana Murni tersisih di putaran pertama. Pasangan ini kalah dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Kemudian, pria kelahiran Bandung 10 Agustus 1978 itu meresmikan lembaga kajian The Yudhoyono Institute pada 10 Agustus 2017.

AHY juga pernah digadang-gadang sebagai calon wakil presiden (Cawapres) pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Namun, Sandiaga Uno yang akhirnya dipilih menjadi cawapres pendamping Prabowo.

Nah, untuk Pilpres 2024, nama AHY sering muncul di berbagai lembaga survei belakangan ini. Di lembaga survei Indonesia Political Opinion (IPO) yang dilakukan 12-23 Oktober 2020 dan diumumkan pada Rabu 28 Oktober 2020 misalnya, nama AHY berada di urutan keenam dari 13 nama dengan elektabilitas 5,7 persen.

Kemudian, di lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan 24-30 September 2020 dan diumumkan pada Minggu 25 Oktober 2020, AHY juga berada di peringkat keenam dari 15 nama dengan elektabilitas 4,2 persen. Pada survei Indikator Politik Indonesia bulan Juli 2020, elektabilitas AHY sebesar 6,8 persen, kemudian 4,8 persen pada Mei 2020 dan 6,5 persen pada Februari 2020.

Sementara itu, di survei di Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) yang dilakukan 14-21 Juni 2020, AHY di urutan ketujuh dari 12 nama bakal calon presiden dengan elektabilitas 5,9 persen. Selanjutnya, berdasarkan survei Indo Barometer yang dilakukan 9-15 Januari 2020 dan diumumkan Minggu 23 Februari 2020, AHY disebut tokoh politik dari luar pemerintahan yang populer setelah Sandiaga.

Adapun persentase pengenalan AHY di survei Indo Barometer itu mencapai 82,8 responden. Selanjutnya di lembaga survei Median yang diumumkan pada Februari 2020, AHY berada di urutan keempat dengan elektabilitas 8,3 persen.

Lalu, versi survei Akurat Poll yang diumumkan pada Agustus 2020, AHY di urutan kelima dari segi popularitas dengan 72,9 persen. Sedangkan pada tingkat elektabilitas di survei Akurat Poll itu, AHY sebesar 67 persen.

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai AHY jauh realistis maju di Pilpres 2024. “Dibanding nama lain yang muncul di survei, AHY jauh realistis bisa maju Pilpres 2024. Posisinya sebagai ketua umum partai mudah untuk dapat tiket pencalonan,” kata Adi Prayitno kepada SINDOnews, Jumat (30/10/2020).

Adi berpendapat, Partai Demokrat butuh merangkul dua partai politik lain untuk bisa berkoalisi. “Nama lain belum tentu bisa maju karena tak kantongi tiket partai. Banyak yang elektabitasnya bagus di survei, tapi tak punya latar khusus ke partai. Kan repot,” ungkapnya.

Selain mencari dukungan partai politik lain, Adi menilai meningkatkan elektabilitas juga menjadi tantangan bagi AHY untuk bisa ikut meramaikan Pilpres 2024. “Perlu bargain politik dengan parpol lain. Terutama soal sharing power kalau menang nanti. Politik itu kan begitu soal berbagi posisi saja,” ujar Adi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin. “Peluangnya ada. Karena dia ketua umum partai dan Partai Demokrat punya kursi di parlemen. Juga dia merupakan tokoh muda, yang akan mendapat keuntungan karena banyaknya pemilih muda di 2024 nanti,” ujar Ujang Komarudin dihubungi SINDOnews.

Namun, kata Ujang, tantangannya adalah bagaimana AHY bisa membangun koalisi besar. “Kita tahu Demokrat kurang lebih punya suara 6% pada Pemilu 2019 yang lalu,” kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia itu.

Ujang melanjutkan, jika presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden masih 20%, maka AHY butuh dukungan partai politik lain yang banyak. “Lalu yang terpenting lagi, bagaimana AHY bisa meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya sebagai capres atau cawapres. Karena hari ini surveinya masih kalah unggul dengan tokoh-tokoh lain,” pungkasnya.

Sumber
SindoNews