Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Selama ini, “taring” Luhut Binsar Pandjaitan di kabinet Jokowi dianggap begitu kuat. Namun, perlakuan istimewa yang ditunjukkan Presiden Jokowi ke Prabowo Subianto bisa membuat Ketum Gerindra itu nyalip kekuatan Luhut.

Di periode pertama pemerintahan Jokowi, dominasi Luhut di kabinet begitu besar. Luhut bisa mengurus apa saja. Ia terlibat berbagai proyek besar seperti divestasi 51 persen saham Freeport, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, kereta ringan (LRT), mengurus pinjaman dari Bank Pembangunan China (CDB), dan sebagainya.

Saking banyaknya yang diurus, Luhut sampai disindir ekonom Faisal Basri sebagai menteri segala urusan. Bahkan, ada yang menyebut sebagai RI 1,5.

Baca Juga: Luhut & Prabowo Pernah Digembleng Polisi Jerman, Latihan Anti…

Di periode kedua Jokowi, dominasi Luhut sebenarnya masih kuat. Banyak juga urusan negara yang dipegang Luhut. Namun, hadirnya Prabowo dipandang bisa memengaruhi posisi Luhut.

Dalam setengah tahun terakhir ini, Prabowo seperti dipesialkan Jokowi. Sebagai contoh, Prabowo menjadi menteri pertama yang mendapat izin Jokowi pergi keluar negeri di saat pandemi. Teranyar, Jokowi menunjuk Prabowo sebagai komandan pembangunan lumbung pangan nasional di Kalimantan Tengah.

Jokowi memberikan mandat kepada Prabowo dengan alasan lumbung pangan ini menyangkut cadangan strategis pangan. Jokowi berharap, cadangan strategis pangan betul-betul bisa diatur.

Lumbung pangan diharapkan bisa menyuplai segala kebutuhan pangan. Lumbung pangan baru di Kabupaten Kapuas ini direncanakan menempati lahan potensial seluas 20.704 hektare. Dari jumlah tersebut, lahan yang telah fungsional mencapai 5.840 hektare.

Pengamat politik dari UIN Bandung Prof Nanat Fatah Natsir melihat, ada beberapa alasan kenapa Jokowi mulai melibatkan Prabowo dalam berbagai proyek strategis. Secara politik, kerja sama Jokowi dengan Prabowo untuk memperkuat soliditas.

Bagaimana pun, residu Pilpres 2019 masih terasa di akar rumput. Apalagi belakangan muncul kontroversi RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) dan putusan Mahkamah Agung (MA) terkait Pilpres 2019. Makanya, Jokowi menguatkan peran Prabowo, yang merupakan mantan lawannya di Pilpres, agar goncangan-goncangan di akar rumput, bisa diredam.

Alasan lain, lanjut Nanat, Jokowi ingin merangkul lebih dekat Prabowo. Sehingga tidak ada lagi menteri yang dominan dalam kabinet. Selama ini, banyak kebijakan strategis ditangani Luhut.

“Dengan hadirnya Prabowo, diharapkan dinamika dalam Kabinet Indonesia Maju lebih dinamis,” ucap mantan Rektor UIN Bandung ini, tadi malam.

Selain itu, tambah Nanat, Jokowi mengetahui betul visi Prabowo soal swasembada pangan. Saat jadi capres dulu, Prabowo punya visi menjadikan RI sebagai lumbung pangan nasional dan punya visi tidak lagi melakukan impor pangan.

Menurut Nanat, pekerjaan seperti ini tidak bisa dieksekusi oleh sembarang orang. Pasalnya, beberapa kali program seperti ini gagal terlaksana. Di tengah pandemi sekarang, program seperti ini harus dikebut. Soalnya ada ancaman krisis pangan di depan mata. Negara-negara pengimpor pangan seperti Thailand mulai membatasi impor, lantaran lebih mengutamakan untuk kebutuhan dalam negeri.

“Kalau tidak cepat diselesaikan, persoalan pangan akan menjadi masalah besar,” kata Nanat.

Menurut Nanat, untuk mengerjakan proyek ini, Prabowo punya latar belakang kuat, yaitu sebagai mantan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Jokowi tentu berharap Prabowo bisa mengerjakan tugas ini. Jokowi juga pasti sudah mengetahui pada 23 April, Prabowo menginstruksikan kader untuk menyiapkan lumbung pangan sendiri.

Alasan lain, kata Nanat, kalau dilihat, tugas ini juga sebenarnya beririsan dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Kemenhan tak hanya mengurus alutsista. Ketersediaan pangan juga demi menjamin tidak ada kelaparan.

“Kalau senjata ada tapi pangan tidak ada, ujungnya nanti kelaparan. Bagaimana bisa orang menembak kalau kelaparan,” ujarnya.

Dengan peran ini, Nanat melihat pengaruh Prabowo bisa menyalip Luhut di kabinet. “Pengaruh Luhut bisa disalip Prabowo,” tutupnya.

Pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno menyampaikan hal serupa. Menurut dia, ditunjuknya Prabowo sebagai komandan pembangunan lumbung pangan nasional di Kalimantan Tengah tak lain karena rekam jejak Prabowo. Jokowi cukup puas dengan kinerja Prabowo di tengah pandemi ini.Â

Sebagai contoh, Direktur Eksekutif Parameter Politik ini menyebutkan salah satu prestasi Prabowo membantu Jokowi menangani Covid-19. Seperti diplomasi dengan China untuk mengangkut alat rapid test. Ditambah lagi, Prabowo merelakan 80 persen dari total anggaran Kemenhan direalokasi untuk penanganan virus corona.

“Jadi, sepertinya Presiden ini cukup puas dengan kinerja Prabowo, dan bisa diandalakan. Totalitasnya luar biasa. Makanya, tidak mengherankan kalau dia kemudian dikasih kepercayaan atau orang yang ditunjuk untuk menjaga ketahanan pangan kita,” jelasnya, tadi malam.

“Karena kan bekerja di tengah pandemi ini butuh orang yang diinginkan Presiden, yang disebut dengan extraordinary itu. Dan salah satu jawabannya sepertinya ya Prabowo itu,” ujarnya.

Sementara pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai manuver Jokowi ini akan menciptakan tumpang tindih kebijakan dalam kabinet. Mestinya tugas ini diemban Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Ujang mengatakan, memang Prabowo pernah menjadi Ketua Umum KHTI, namun hal tersebut tidak bisa dikaitkan dengan kondisi saat ini. Sebab, amanah yang diberikan ke Prabowo di kabinet adalah pada bidang pertahanan.

Penulis: Redaksi
Editor: Rosmayanti
Foto: Aditya Pradana Putra

Sumber
Investing