jpnn.com, JAKARTA – Kembali santernya suara-suara serta gerakan antirasisme di berbagai belahan dunia telah menginpirasi banyak pihak untuk menyuarakan hal yang sama. Tak terkecuali aktivis-aktivis asal Papua yang turut menyuarakan pesan yang sama.
Menanggapi hal ini, Tokoh muda yang juga komika asal Papua, Mamat Alkatiri pun mengakui bahwa rasisme adalah musuh bersama. “Tak ada tempat untuk Rasisme, di manapun. Bukan hanya bagi Papua, tapi bagi seluruh umat manusia,” Tegas Mamat dalam diskusi virtual “Menguak Akar Konflik Berkepanjangan di Papua” yang diselenggarakan oleh Human Studies Institue, Kamis (2/7).
Pakar hukum Universitas Al Azhar Suparji Ahmad pun sepakat bahwa rasisme adalah ancaman nyata bagi keutuhan bangsa. Untuk itu, selama dilakukan dengan cara-cara yang benar, berbagai aspirasi dan ekspresi harus dalam koridor hukum “Untuk menegakkan dan meneguhkan Papua bagian dari NKRI, hukum harus dilaksanakan sebagaimana mestinya, salah satunya adalah hukum intenasional yang tercantum dalam resolusi PBB 2504 bahwa Papua wilayah NKRI sudah final. Berbagai aspirasi dan ekspresi harus dalam koridor hukum, penyelesaian masalah hukum juga harus berdasarkan hukum yang independen tanpa politisasi hukum. Siapapun yang rasis harus dihukum,” jelas Suparji. Namun begitu, peneliti senior LIPI Cahyo Pamungkas juga memberi penekanan bahwa kita mesti sepakat dulu apa saja sebenarnya indikator tindakan atau perlakuan rasis itu.
“Tindakan rasisme ini kan menganggap rasnya lebih tinggi dari yang lain. Jangan sampai bias dengan ujaran kebencian, indikator rasisme kan jelas, tidak semua yang mengarah kepada makian, ejekan, atau hinaan itu adalah tindakan rasis,” jelas Cahyo Pamungkas. (dil/jpnn)
Sumber
JPNN